PersadaPos, Semarang – Pemkot (Pemerintah Kota) Semarang, bakal memberi stimulan berupa uang tunai Rp 1 juta, bagi laki-laki yang melakukan KB vasektomi.
Hal ini dilakukan, untuk mengatasi permasalahan rendahnya partisipasi KB laki-laki.
”Iya, kalau di Semarang dapat stimulan kalau vasektomi. Sudah lama, sampai sekarang reward-nya masih berjalan,” kata Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, usai peringatan Harganas (Hari Keluarga Nasional) ke-31 di Simpang Lima, Kota Semarang, Sabtu, 29 Juni 2024.
Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang, mengatakan, besaran stimulan Pemkot Semarang ini jauh lebih besar dari BKKBN, sehingga diharapkan kaum laki-laki lebih tertarik dan memiliki kesadaran untuk melakukan program KB.
”Kalau BKKBN cuma dapat Rp 300.000 kalau Kota Semarang Rp 1 juta,” ungkap Mbak Ita.
Ia mengatakan, program Keluarga Berencana (KB) laki-laki dengan metode operasi pria (MOP) atau vasektomi hingga kini sepi peminat, bahkan capaiannya cuma 3 persen secara nasional.
Permasalahan KB itu disebut Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu sebagai salah satu tantangan, untuk pembangunan keluarga berkualitas di Kota Semarang.
”Kalau umpamanya KB, ada yang suami tidak mau. Pokoknya buat anak terus saja. Ini suatu tantangan.
Hal-hal seperti ini yang harus diedukasi atau perlu treatment khusus,” tegas Mbak Ita.
Padahal, Mbak Ita menilai, program KB menjadi tanggung jawab pasangan suami istri, bukan dibebankan kepada istri saja.
Seperti diketahui, dilansir laman resmi DP3AP2KB Kota Surakarta, vasektomi juga dikenal dengan Metode Operasi Pria (MOP).
Vasektomi ini dilakukan, dengan menjalani prosedur operasi memotong vas deferes, yakni saluran tabung kevil di dalam skortum yang membawa sperma dari testikel menuju penis.
Metode ini disebut bersifat permanen, namun diklaim tidak menghalangi pria mengalami orgasme atau ejakulasi.
Mbak Ita mengatakan, tantangan selain KB yakni pencegahan dan penanganan stunting, terlebih bila orangtua tidak mau terbuka dengan pola asuh anaknya.
”Karena kalau terbuka kita pasti tahu intervensinya apa. Umpamanya jika ada anak stunting atau remaja anemia yang tidak mau minum tabletnya, ya bagaimana harus minum,” jelasnya.
Akhirnya, kata Mbak Ita, Pemkot Semarang menginisiasi Pelayanan dan Edukasi Kesehatan Pelajar Terpadu Kota Semarang (Piterpan).
Pemda, lanjutnya lagi, melakukan kegiatan berkeliling sekolah untuk makan bersama dan minum tablet penambah darah bagi remaja putri.
”Jadi semuanya makan bersama langsung minum bareng-bareng di depan kita semua. Ini juga edukasi terhadap guru-guru, kalau minum pil itu bareng-bareng di kelas, mungkin pas barengan terbuka di tempat seperti ini,” tandas Mbak Ita. (pras)