Adrian dan Nursalam berceritera sifat dan kebiasaan Gamma, siswa SMKN 4 Semarang yang tewas tertembak polisi. (Foto:Lind)
PersadaPos, Semarang – Pihak keluarga Gamma Rizkynata Oktafandy, korban penembakan anggota polisi Polrestabes Semarang RZ, tidak yakin korban melakukan apa yang dituduhkan padanya.
Ayah sambung korban, Nursalam dengan tegas mengatakan sangat tidak logis jika Gamma dituduh kreak anggota Gangster Pojok Tanggul.
“Saya tahu persis watak dan tabiatnya. Gamma tidak mungkin melakukan seperti apa yang dituduhkan pihak kepolisian, dia anggota gangster dan menyerang polisi,” katanya.
Menurut Nursalam keseharian Gamma sangatlah baik dan tidak pernah melakukan hal-hal jahat. “Anaknya agak pendiam. Sopan santunnya kepada orang tua dan sesama teman tergolong baik,” tuturnya.
Gamma, lanjutnya, jarang keluar rumah jika tidak ada keperluan. Kalaupun keluar rumah, dia selalu minta izin, pamit dan pulangnya juga tidak sampai larut malam.
Karena sifat kesehariannya yang tidak pernah pulang ke rumah melebihi jam 11 malam, jika Gamma belum ada di rumah, pihak keluarga pasti berupaya menghubungi.
Termasuk pada malam yang naas itu, ketika Gamma belum sampai rumah, sekitar pukul 10 malam ayahnya menghubungi lewat HP.
“Dia bilang sedang makan sebentar di warung, karena lapar setelah latihan,”tutur Nursalam.
Hal senada diutarakan Adrian, kakak kandung Gamma.
Menurutnya, adiknya itu tidak pernah reseh. Kegiatannya lebih banyak urusan sekolah, seperti Paskibra dan olah raga.
Setiap Sabtu malam Gamma memang punya agenda olah raga. Malam itu, dia pamit ke neneknya untuk latihan setelah maghrib.
“Sekitar jam 10 malam ayah menghubunginya dan dia bilang sedang makan dan akan segera pulang,” cerita Adrian.
Setelah itu Gamma sudah tidak bisa dihubungi. Sekitar setengah 11 malam, dihubungi tetapi HP-nya tidak aktif. Baru setelah jam 12 malam HP bernada dering, tetapi tidak diangkat.
“Minggu siang kita dapat informasi Gamma meninggal karena tertembak,” tuturnya.
Informasi meninggalnya Gamma diperoleh dari rekan kerja kakeknya dulu di Polrestabes Semarang. Bukan secara resmi dari pihak kepolisian datang ke rumah untuk memberi tahu.
“Teman kakek yang nelpon, mengabarkan Gamma meninggal akibat kena tembak,”tambahnya.
Ketidakyakinan pihak keluarga bahwa Gamma terlibat tawuran dan menjadi anggota gangster dilatarbelakangi sifat sehari-harinya sejak kecil sampai saat kejadian itu.
Dia itu, tutur Adrian, orangnya jauh dari sifat nakal apalagi jahat. Cenderung pendiam dan agak penakut.
“Melihat darah saja dia tak sanggup dan ketakutan,” kata Adrian.
Suatu hari, ungkap Adrian, ketika dia mengiris sesuatu, jarinya tergores. “Dia menangis ‘gero-gero’ ketakutan, padahal darah yang keluar tidak banyak, hanya sedikit,”tuturnya yang diiyakan, nenek, bibi dan paman yang ikut menemui Ketua DPP LPHI, Balia Reza Maulana, SH, MKn dan jajaran saat bersilaturahmi ke rumah keluarga korban, Kamis, 28 November 2024.
Sejak itu, lanjut Adrian, dia agak trauma dengan pisau.
“Dengan pisau dapur saja trauma, masak sih dia bisa tawuran pakai celurit atau pedang,”tegasnya meragukan adiknya itu terlibat tawuran antar Gangster.
Siswa Terpilih
Bukan hanya pihak keluarga yang meragukan Gamma anggota gangster. Pihak SMKN 4 Semarang tempatnya bersekolah juga tak yakin siswanya itu seperti yang dituduhkan.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN 4 Semarang, Agus Riswantin menyatakan, selama ini tidak ada catatan korban ikut tawuran. Korban juga dikenal sebagai siswa berprestasi dan tergabung dalam Paskibra.
“Kebetulan mereka anak terpilih, karena kebetulan mengikuti ekstra Paskibra, itu anak pilihan,”katanya. (Lind)