By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
persadapospersadapospersadapos
  • Beranda
  • Hukum
  • Kriminal
  • Politik
  • Metropolitan
  • Seni Budaya
  • Sport
  • Wisata
  • Bisnis
  • Opini
  • Pendidikan
  • Ragam
  • Health
  • LPHI News
  • Redaksi PersadaPos
  • PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER
  • Kode Etik Jurnalisitik
Reading: Harapan Baru, Pengobatan Tuberkulosis Resisten Obat Kini Hanya 6 Bulan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
persadapospersadapos
Font ResizerAa
  • Beranda
  • Hukum
  • Kriminal
  • Politik
  • Metropolitan
  • Seni Budaya
  • Sport
  • Wisata
  • Bisnis
  • Opini
  • Pendidikan
  • Ragam
  • Health
  • LPHI News
  • Redaksi PersadaPos
  • PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER
  • Kode Etik Jurnalisitik
  • Beranda
  • Hukum
  • Kriminal
  • Politik
  • Metropolitan
  • Seni Budaya
  • Sport
  • Wisata
  • Bisnis
  • Opini
  • Pendidikan
  • Ragam
  • Health
  • LPHI News
  • Redaksi PersadaPos
  • PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER
  • Kode Etik Jurnalisitik
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • Advertise
© 2023 Persadapos News Network. All Rights Reserved.
persadapos > Blog > Health > Harapan Baru, Pengobatan Tuberkulosis Resisten Obat Kini Hanya 6 Bulan
Health

Harapan Baru, Pengobatan Tuberkulosis Resisten Obat Kini Hanya 6 Bulan

admin persadapos
Last updated: 2024/09/04 at 10:36 AM
admin persadapos 10 bulan ago
Share
SHARE

dr Yeremia menjelaskan pengobatan baru Tuberkulosis Resisten Obat saat Workshop Kampanye Panduan Pengobatan Baru TBC RO Berdurasi 6 Bulan (BPaL/M), di Hotel Novotel, Selasa, 3 September 2024. (Foto:Dok)

PersadaPos, Semarang – Didiagnosis menderita Tuberkulosis Resisten Obat atau biasa disebut TBC RO, jangan langsung putus asa karena membayangkan “penyiksaan” pengobatan yang bakal dijalani. Kini, dengan teknologi yang semakin maju, pengobatan TBC RO bisa dilakukan hanya dalam waktu enam bulan.

Hal itu diakui Ketua Yayasan Semar (Semangat Membara Berantas Tuberkulosis) Jawa Tengah, Diky Kurniawan, saat Workshop Kampanye Panduan Pengobatan Baru TBC RO Berdurasi 6 Bulan (BPaL/M), di Hotel Novotel, Selasa (3/9/2024). Dia menyebut, pengobatan ini memberi harapan baru bagi penderita TBC RO.

Diky mengisahkan, saat menjadi penyintas TBC RO pada 2014 lalu, dia mesti menjalani pengobatan selama dua tahun. Tak tanggung-tanggung, karena sudah kebal terhadap sejumlah obat TBC, obat yang dikonsumsinya sekali minum mencapai 26 butir, ditambah dengan obat suntik.

“Obatnya bisa semangkuk sekali minum. Waktu itu, mau tidak mau, suka tidak suka, harus dijalankan karena tujuannya untuk kesembuhan. Habis minum obat, saya ‘kelenger’ (tidur), tidak bisa ngapa-ngapain,” ungkap Diky.

Berbeda dengan eranya, sekarang penderita TBC RO bisa mendapatkan pengobatan dengan jangka waktu lebih singkat, yakni enam bulan. Obat yang diminum juga lebih sedikit, hanya kisaran enam butir, dan efeknya tidak membuat tidur.

“Efek pengobatan yang dulu banyak, ada yang sampai gila, bahkan ada yang mau bunuh diri. Tapi sekarang tidak ada. Habis minum obat, bisa beraktivitas. Jadi jangan takut ketika divonis TBC RO. Meski sakit, tapi ada obatnya. Ini kemajuan baru, harapan baru pada penderita TBC RO,” bebernya.

Kendati begitu, Diky berharap agar masyarakat memberikan dukungan kepada penderita TBC, untuk berobat hingga sembuh, mengingat TBC mudah menular, dan mengakibatkan kematian. Karenanya, jangan lagi mengucilkan atau mendiskriminasi penderita TBC.

Associate Director Yayasan KNCV Indonesia, dr Yeremia PM Runtu, mengajak seluruh pihak untuk menyosialisasikan pengobatan baru untuk penderita TBC RO. Sehingga, TBC di masyarakat dapat dieliminasi atau dihilangkan.

Ditambahkan, pengobatan baru BPaL/M, membuat penderitanya lebih nyaman, karena durasinya hanya enam bulan. Dan sebanyak 80-90 persen penderita TBC RO bisa diobati dengan cara itu.

“Kemajuan pengobatan baru untuk TBC
resisten obat, bisa dinikmati juga di
Jawa Tengah, khususnya di Kota Semarang,” ungkap Yeremia.

Menurutnya, dulu TBC RO hanya ditemui pada penderita yang putus pengobatan karena ketidakpatuhan meminum obat, atau pada mereka yang pernah dinyatakan sembuh tapi kemudian kambuh, sehingga mereka resisten atau kebal terhadap obat. Namun kini, sudah ada penderita TBC RO yang primer, artinya dulu tidak pernah sakit TBC, tapi begitu terkena TBC langung menjadi resisten obat.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Yeremia menjelaskan, hal tersebut mengingat penularan TBC dapat terjadi melalui udara atau airborne disease, yang kumannya bisa bermutasi menjadi lebih kuat. Tapi penularannya tetap sama, dari batuk, bersin, bicara.

“Jadi orang yang punya kuman di dalam tubuhnya 3B, ya batuk, bersin, bicara ke orang yang sehat. Pilihannya antara dia sakit, atau kumannya bisa hilang sama sekali. Nah, kalau dia sakit, kumannya itu yang berkembang biak yang bermutasi tadi ya. Dan dia tidak bisa diobati dengan obat-obatan lini pertama, melainkan diobati dengan lini selanjutnya,” ujar Yeremia.

Lantas, apa dampak jika TBC tidak diobati hingga tuntas? Yeremia menyampaikan, dampak utama adalah kematian, bahkan kematian akibat TBC jumlahnya lebih banyak ketimbang Covid-19.

“Covid baru naik ya tiga-empat tahun terakhir, dan sekarang kita sudah nggak pandemi lagi, sudah endemis. Tapi tuberkulosis tetap jalan, ya 1 juta kematian di Indonesia setiap tahunnya.
Kalaupun bisa sembuh, tapi pengobatannya nggak tuntas,
menimbulkan kebal, resisten obat,
maka diobatinya lebih susah,” tuturnya.

Dampak lain yang tak kalah penting, menurut Yeremia, adalah menurunkan produktivitas. Banyak penderita TBC yang kemudian dipecat, diceraikan pasangannya, bahkan diusir dari keluarganya.

“Jadi tuberkulosis bukan hanya isu kesehatan, tapi juga isu sosial ekonomi. Jadi dampaknya ke mana-mana TBC ini. Maka, kita harus cegah, dengan temukan (penderitanya), obati sampai sembuh (TOSS),” tandasnya. (Lind)

You Might Also Like

Program Speling Sudah Sasar 17.900 Jiwa, Cek Kesehatan Gratis Sudah Capai 3,8 juta Jiwa

Menjaga Kesehatan di Usia Lanjut, Kunci Kemandirian dan Kualitas Hidup Lebih Baik

Sekda Jateng Dorong Industri Farmasi Kembangkan Obat Herbal

Taj Yasin Ajak Rumah Sakit Swasta jadi Mitra Program Speling

Sudah Jangkau 2 Juta Rakyat Jateng, Program Speling Terus Bergulir

TAGGED: Diky Kurniawan, dr Yeremia PM Runtu, pengobatan baru BPaL/M, TBC RO, Tuberkulosis Resisten Obat, Yayasan KNCV Indonesia, Yayasan Semar
admin persadapos 04/09/2024 04/09/2024
Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Telegram Email Print
Previous Article Inilah Anggota DPRD Jateng 2024-2029
Next Article Temukan Ikan Berformallin di Pasar, JKPD Jateng Bakal Tindak Tegas
about us

Persada Pos

  • Beranda
  • Hukum
  • Kriminal
  • Politik
  • Metropolitan
  • Seni Budaya
  • Sport
  • Wisata
  • Bisnis
  • Opini
  • Pendidikan
  • Ragam
  • Health
  • LPHI News
  • Redaksi PersadaPos
  • PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER
  • Kode Etik Jurnalisitik
persadapospersadapos
© PT Persada Media Sejahtera. All Rights Reserved.
  • Beranda
  • Hukum
  • Kriminal
  • Politik
  • Metropolitan
  • Seni Budaya
  • Sport
  • Wisata
  • Bisnis
  • Opini
  • Pendidikan
  • Ragam
  • Health
  • LPHI News
  • Redaksi PersadaPos
  • PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER
  • Kode Etik Jurnalisitik
Go to mobile version
adbanner
AdBlock Detected
Our site is an advertising supported site. Please whitelist to support our site.
Okay, I'll Whitelist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?