PersadaPos, Semarang – Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, meminta dinas perhubungan setempat menginventarisasi atau mendata ulang keberadaan juru parkir (jukir).
Hal itu, lantaran retribusi parkir terus menjadi sorotan, karena hasilnya diharapkan bisa menambah pendapatan asli daerah (PAD).
”Kami sedang minta dishub untuk menginventarisasi lagi jukir-jukir. Karena ini banyak lagi, marak jukir liar,” kata Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang, dikutip dari ANTARA pada Senin, 20 Mei 2024.
Menurut dia, Kota Semarang merupakan kota tujuan wisata dan kota transit, sehingga potensi penerimaan retribusi parkir sangat besar.
”Penerimaan retribusi harus naik. ‘Kan enggak mungkin mobil nambah, tetapi PAD (pendapatan asli daerah) target retribusinya turun,” kata Ita.
Dia pun meminta, potensi PAD dari sektor retribusi dikaji, termasuk keberadaan jukir, untuk disesuaikan dengan jumlah titik parkir di Kota Semarang.
Ia mengatakan, kalau untuk parkir di dalam gedung, seperti perhotelan, mal, dan pasar saat ini sebenarnya sudah lebih tertata.
”Kalau parkir offstreet sudah lebih tertata seperti hotel, mal, dan pasar. Namun, kalau untuk parkir tepi jalan, harus ditertibkan,” katanya.
Beberapa ruas jalan, kata dia, sudah menerapkan sistem pembayaran parkir elektronik, tetapi pelaksanaannya saat ini masih kurang maksimal.
”Parkir elektronik kadang (pengguna jalan) malas disuruh ngetap ya, malam mereka lebih baik membayar (tunai). Saya minta dievaluasi semua untuk mendapatkan retribusi tinggi,” katanya.
Mbak Ita mengatakan, dengan membayar tunai, potensi kebocoran retribusi parkir akan lebih, rawan sehingga lebih efektif jika penerapan sistem elektronik.
Namun, tambahnya lagi, realisasi di lapangan harus dilaksanakan sesuai dengan aturan.
”Kayak sekarang ini ‘kan long weekend-nya banyak. Ada yang sampai 4 hari. Itu hotel penuh tiap malam, belum tempat wisata, Kota Lama. Pasti retribusi parkir harus dievaluasi lagi,” pungkas Mbak Ita. (pras)