Sekda Jateng Sumarno saat Rakor di Kantor BPS Jateng, Kamis 2 Mei 2024. (Foto: Dok)
PersadaPos, Semarang – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jateng, Sumarno menyatakan, indikator makro inflasi di Jateng pada April 2024 dalam kondisi aman dan terkendali.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, inflasi Jawa Tengah pada April 2024 sebesar 0,20 persen secara month on month (MoM). Angka itu lebih rendah dari inflasi nasional yang sebesar 0,25 persen.
Menurut Sumarno, terkendalinya inflasi Jateng tidak lepas dari peran berbagai pihak, termasuk Pemprov Jateng, pemkab/pemkot, serta stakeholder terkait yang turut berupaya menjaga ekonomi makro di Jateng.
“Inflasi harus dipantau setiap hari, karena perkembangannya sangat dinamis, sehingga kolaborasi bersama untuk mengendalikan inflasi harus kita lakukan,” kata Sumarno di kantor BPS Jateng, 2 Mei 2024.
Dikatakan dia, berbagai upaya dilakukan untuk pengendalian inflasi, diantaranya meningkatkan sinergitas antara pemprov dengan pemkab/pemkot untuk bersama-sama melaksanakan program-program pengendalian inflasi. Seperti Gerakan Pangan Murah, cadangan pangan pemerintah, pemberian subsidi harga pangan, serta fasilitasi distribusi pangan.
Menurut Sumarno, program “Pendawa Kita” juga dapat direplikasi kabupaten/kota di Jateng sebagai upaya pengendali inflasi. Program itu sudah direplikasi di Kudus, Banyumas, Wonogiri, Cilacap, Wonosobo, Rembang, Surakarta, dan Kota Tegal.
“Kami berharap Pendawa Kita juga direplikasi di kabupaten/kota lain,” pintanya.
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, Dadang Hadiwan menyampaikan, inflasi Jawa Tengah pada April 2024 tercatat sebesar 0,20 persen.
“Dilihat dari kelompok pengeluaran, inflasi April 2024 salah satunya dipengaruhi transportasi, terutama transportasi antarkota, perawatan pribadi, dan jasa lainnya,” katanya.
Lima komoditas dengan andil atau sumbangan inflasi secara MoM dibandingkan antara Maret dengan April 2024, yaitu bawang merah, emas perhiasan, angkutan antarkota, bawang putih, dan minyak goreng.
“Di sisi lain, andil deflasi terjadi karena komoditas beras, telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, dan buncis,” katanya. (Lind)