PersadaPos, Demak – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di kabupaten Demak, mengalami peningkatan sejak Januari 2024, sedangkan korban meninggal dunia tercatat seorang.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, Heri Winarno mengatakan, tercatat pada Januari ada 32 kasus, Februari ada 36 kasus, dan Maret ada 78 kasus.
”Kasusnya meningkat begitu cepat, saat hujan. Korban satu meninggal pada awal bulan Januari, usianya masih anak-anak,” kata Heri kepada wartawan, Kamis, 18 April 2024.
Menurut dia, sebagian besar yang terkena demam berdarah adalah anak-anak dari usia 15 tahun ke bawah.
Ia pun berharap, kasus demam berdarah di Demak lekas menurun, sebab data per awal April ini jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan Maret lalu.
”Alhamdulillah April ini mulai tanda penurunan, dari awal dibandingkan dengan Maret sudah ada penurunan, semoga sampai akhir April semoga turun,” harapnya.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Demak, Ali Maimun mengatakan, ada beberapa upaya untuk mememutus penyebaran demam berdarah yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti.
Menurutnya, upaya yang sudah dilakukan bukan hanya ranah Dinkes saja, karena adanya DB banyak itu adalah masalah kebersihan lingkungan, sebagai media nyamuk untuk sarana menular.
”Kalau lingkungan bagus, nyamuk tidak akan berkembang biak. Kalau tidak ada nyamuk, tidak akan ada penularan,” kata Ali kepada wartawan di kantornya, Kamis. 18 April 2024.
Ali mengatakan, saat ini juga sudah digiatkan melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Dia mengungkapkan, sebagian besar kasus demam berdarah terjadi pada anak usia sekolah, sehingga dilakukan langkah untuk memberantas sarang nyamuk di lingkungan sekolah.
Dinkes Demak, katanya lagi, juga memberikan pelatihan untuk menghitung angka bebas jentik, agar kasus demam berdarah bisa menurun.
”Kita juga melakukan upaya untuk PSN, pemberantasan sarang nyamuk, bekerja sama dengan masyarakat, mulai dari Pak Camat, hingga ke sekolah-sekolah,” jelasnya.
Ali menjelaskan, kalau melihat data banyaknya yang terkena DB adalah anak sekolah, artinya ada penularan di sekolah lantaran kebersihan di sekolah kurang.
Dengan demikian, lanjutnya, perlu bekerja sama dengan sekolah kemudian diajari untuk menghitung ABJ (angka bebas jentik), demikian juga di masyarakat.
Dikatakan juga, sudah ada kader kesehatan yang dilatih untuk menilai angka bebas jentik.
”Kalau ada kasus di puskesmas ada yang namanya surveline, nanti kalau perlu fogging, lalu dilakukan penyuluhan kesehatan,” pungkasnya. (pras)