PersadaPos, Semarang – Kota Semarang di sejumlah wilayah berpotensi terjadi hujan lebat sepanjang hari pada bulan Maret 2024.
Kepala Stasiun BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani, Semarang, Yoga Sambodo mengatakan, hasil citra radar menunjukkan adanya nilai reflektivitas 35-60 dBz mulai pukul 07.00-24.00 WIB.
”Ini mengindikasikan adanya awan cumulonimbus, yang menyebabkan terjadinya hujan sedang hingga lebat, didahului dan disertai angin kencang,” jelas Yoga dalam keterangannya kepada wartawan pada Kamis, 14 Maret 2024.
Menurut dia, durasi hujan bisa lama, yaitu terjadi sepanjang hari sehingga menyebabkan curah hujan tinggi di sepanjang wilayah Pantura, dan sebagian Jawa Tengah bagian timur.
Yoga menjelaskan, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Jawa Tengah berlangsung hingga 18 Maret 2024.
Hal ini, katanya lagi, merujuk pada gangguan atmosfer yang menjadi penyebab cuaca ekstrem di wilayah Semarang, Jawa Tengah.
Menurut Yoga, fenomena atmosfer tersebut memiliki umur atau skala yang berbeda.
”Untuk siklon tropis berkisar antara 3-7 hari, jadi 2-3 hari ke depan Jawa Tengah masih berpotensi terjadi cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin kencang,” paparnya.
Namun, Yoga menambahkan, wilayah yang terdampak bisa jadi akan berubah, karena siklon tropis juga berubah posisinya, dan sifat hujannya fluktuatif yang hilang timbul.
Penyebab Cuaca Ekstrem
Hasil analisis BMKG menunjukkan, gangguan atmosfer berakibat pada peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah di Jawa Tengah, yaitu:
1. Gelombang Equatorial Rossby.
2. Gangguan atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO)
3. Bibit Siklon Tropis 91S di Samudera Hindia dan Bibit Siklon Tropis 93P di Teluk Carpentaria sekitar Utara Australia.
”Kondisi ini yang mengakibatkan peningkatan intensitas curah hujan dan angin kencang di wilayah Jawa Tengah,” jelas Yoga.
Gangguan Atmosfer
1. Bibit Siklon Tropis 91S
Bibit Siklon Tropis 91S terpantau di Samudra Hindia bagian tenggara selatan Jawa.
Selain itu, bibit Siklon Tropis 93P juga terpantau di Teluk Carpentaria bagian timur laut, Australia Utara. Adapun bibit Siklon Tropis 94S terpantau di Laut Timor selatan NTT.
Fenomena ini, menyebabkan adanya daerah pertemuan angin di wilayah Jawa Tengah, khususnya di sekitar wilayah Pantura.
Kondisi ini, berakibat terjadinya peningkatan pembentukan awan cumulonimbus, dengan potensi hujan intensitas sedang hingga lebat, disertai petir dan dapat disertai dan didahului angin kencang di wilayah Jawa Tengah.
2. Pertumbuhan awan awan konvektif (cumulonimbus)
Kelembaban udara yang cukup tinggi dan labilitas udara yang cukup labil mendukung pertumbuhan awan awan konvektif (cumulonimbus) di wilayah Pantura hingga Jawa Tengah bagian Timur.
Analisis Citra satelit himawari, menunjukkan adanya awan cumulonimbus mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB dengan suhu puncak awan -60 s/d -100 °C di wilayah Pantura hingga Jawa Tengah bagian Timur.
Sementara itu, citra radar Semarang menunjukan adanya nilai reflektivitas 35-60 dBz mulai pukul 07.00-24.00 WIB.
Hal ini mengindikasikan adanya awan cumulonimbus yang menyebabkan terjadinya hujan sedang hingga lebat yang didahului dan disertai angin kencang dengan durasi yang lama sekitar sepanjang hari.
Fenomena ini dapat menyebabkan curah hujan tinggi di sepanjang wilayah Pantura dan sebagian Jawa Tengah bagian timur.
3. MJO dan gelombang Rossby Ekuator Aktifnya gelombang atmosfer Rossby Ekuator dan MJO berada di kuadran 4 yang mengakibatkan meningkatkan pembentukan awan konvektif di Jawa Tengah.
Imbauan BMKG
Menindaklanjuti potensi cuaca ekstrem berupa hujan lebat di Semarang dan wilayah Jawa Tengah lainnya, BMKG mengimbau agar masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di wilayah rawan bencana, untuk waspada dan siaga terutama saat terjadi hujan lebat.
Hal ini sebagai bentuk antisipasi terhadap dampak yang dapat terjadi, seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, sambaran petir, dan pohon tumbang. (pras)