PersadaPos, Kendal – Tingginya angka kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD), membuat DPRD Kendal akan segera mengevaluasi kinerja Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat.
Ketua Komisi D DPRD Kendal, Mahfud Shodiq mengatakan, evaluasi ini penting, lantaran tingginya kasus Demam Berdarah Dengue kini sudah menjadi sorotan nasional.
”Kinerja Dinkes Kendal dalam mengatasi masalah DBD tidak sepenuhnya bergerak secara konkret. Kita akan segera mengevaluasi kinerjanya, termasuk sisi perencanaannya,” kata Mahfud kepada wartawan pada Minggu, 24 Maret 2024.
Menurut dia, DBD bukanlah kasus asing yang terjadi di Kabupaten Kendal, karena merupakan kasus yang hampir tiap tahun terjadi di berbagai daerah.
Ia menegaskan, Dinkes Kendal seharusnya bisa memprediksi dan melakukan antisipasi sejak dini.
”Karena ini kasus tahunan seharusnya Dinkes Kendal sebelumnya sudah bisa untuk memprediksi. Kan kasus seperti ini terjadinya di bulan-bulan tertentu saja,” imbuh politisi PKB ini.
Tak hanya itu, katanya, Dinkes Kendal seharusnya bisa lebih masif lagi dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), lantaran posisinya menjadi motor penggerak sampai ke tingkat bawah.
Bahkan, Mahfud menyebut, banyak kasus DBD di Kabupaten Kendal yang tidak terdata, khususnya di wilayah Kendal bagian atas, seperti Patean dan Sukorejo.
Hal ini, lanjutnya, lantaran banyak warga di wilayah Kendal bagian atas yang terserang DBD, dirujuk ke rumah sakit yang ada di Temanggung.
”Baru-baru ini juga terjadi kasus kematian akibat DBD di Patean. Dan itu tidak terdata juga oleh Dinkes,” ungkapnya.
Sementara itu dikonfirmasi terpisah, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kendal, Bambang Setyawan mengatakan, sejak Januari-Maret 2024 total kasus DBD di Kabupaten Kendal mencapai 155 kasus.
”Kalau total kematiannya mencapai 15 orang. Dinkes telah berupaya serius untuk melakukan pencegahan dan penanganan, agar kasus DBD tidak meluas,” jelas Bambang kepada wartawan.
Ditambahkan, penanganan tersebut berupa PSN secara serentak di pemukiman, perkantoran dan sekolahan serta tempat-tempat umum, bahkan juga mengedukasi masyarakat terkait pencegahan DBD.
Bambang menyebutkan, kasus kematian akibat DBD tertinggi se-Indonesia terjadi di Jepara, Bandung, Subang, Kendal, dan Blora, yang secara total kematian akibat DBD sepanjang 2024 ini mencapai 290 kasus. (pras)