Nana Sudjana menghadiri acara Diseminasi Implementasi Ekonomi Sirkular dan Transisi Energi di Jawa Tengah di Wisma Perdamaian, Kota Semarang, Kamis,19 Desember 2024. (Foto:Dok)
PersadaPos, Semarang – Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana mendorong kepada masyarakat untuk meningkatkan ekonomi sirkular dan energi baru terbarukan (EBT). Sebab, sektor tersebut dinilai mampu mengungkit pertumbuhan ekonomi daerah setempat.
“Ekonomi sirkular sudah banyak dikerjakan masyarakat dan perlu kita tingkatkan lagi,” kata Nana saat menghadiri acara Diseminasi Implementasi Ekonomi Sirkular dan Transisi Energi di Jawa Tengah di Wisma Perdamaian, Kota Semarang, Kamis,19 Desember 2024.
Nana menyatakan, pemerintah memang perlu mewadahi pelaku ekonomi sirkular. Sebab, mereka adalah orang-orang kreatif dan inovatif yang mampu memanfaatkan potensi-potensi ekonomi yang ada di lingkungan sekitarnya.
Sebagai informasi, ekonomi sirkular merupakan model ekonomi yang menggunakan semua produk dan material yang dirancang untuk dapat digunakan kembali (redused), diproduksi kembali (remanufactured), didaur ulang (recycled), dan dipertahankan di dalam kegiatan ekonomi selama mungkin.
“Kami ingin meningkatkan kembali peran pemerintah dalam rangka sebagai pembina, pembimbing, dan mewadahi kegiatan masyarakat. Saya rasa ekonomi sirkular ini perlu perhatian,” imbuh Nana.
Sebab, pengembangan ekonomi tersebut menjadi salah satu program prioritasnya selama menjabat sebagai Pj Gubernur.
Sejauh ini, implementasi ekonomi sirkular dan pemanfaatan EBT di Jateng terbagi menjadi empat tema utama, meliputi pengelolaan sampah, sirkularitas sektor pangan (termasuk Food Loss and Waste), sirkularitas sektor non-pangan, dan pemanfaatan EBT.
Untuk tema pengelolaan sampah, program-programnya diantaranya meliputi pengolahan sampah berbasis masyarakat, menyalurkan sampah elektronik ke pusat daur ulang tersertifikasi, mengubah sampah menjadi bahan bakar alternatif Refuse-Derived Fuel (RDF), dan lainnya.
Sedangkan program untuk sektor pangan diantaranya penerapan manajeman susut dan sisa pangan atau Food Loss and Waste (FLW). Pada sektor non pangan, seperti fashion dan tekstil, penerapannya melalui Substainable Fashion yang menggunakan bahan-bahan eco-friendly, daur ulang, dan upcycle dari sisa-sisa bahan seperti kayu dan tempurung kelapa. Adapun untuk pemanfaatan EBT, programnya diantaranya pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pengembangan energi energi angin dan gelombang laut, pembangkit listrik tenaga surya, program desa mandiri energi, dan lainnya.
Pengembangan ekonomi tersebut, lanjut Nana, sangat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Selain itu juga bisa mengurangi angka pengangguran.
Akademisi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Sri Yunanto mengatakan, praktik ekonomi sirkular dan energi alternatif yang sudah ada ini harus dijaga keberlanjutannya. Oleh karena itu, peran dari pemerintah, swasta, dan instansi lainnya sangat dibutuhkan.
Menurut dia, kolaborasi pentahelik sangat diperlukan dalam menjaga dan meningkatkan implementasi yang ada di masyarakat. (Lind)