Komandan Kontingen PON Jawa Tengah, Agung Hariyadi.
PersadaPos, Banda Aceh – Komandan Kontingen Jawa Tengah, Agung Hariyadi menjelaskan, pencapaian Jateng yang baru meraih medali emas sehari setelah acara pembukaan PON XXI/2024 tak lepas dari filosofi Jawa.
”Filosofi Jawa itu kan dibuka dulu baru masuk. Sehingga seusai seremoni pembukaan PON, baru kita ‘pecah telur’ meraih tiga emas secara beruntun. Pertama dari sepatu roda, disusul biliar dan malamnya muaythai,” kata Agung di Banda Aceh, Selasa malam 10 September 2024.
Agung berharap, raihan tiga emas sehari usai pembukaan, akan menyalakan motivasi semua atlet kontingen untuk terus memberikan yang terbaik, sehingga medali emas terus mengalir dalam setiap harinya dan setiap kali pertandingan. Dengan demikian, pada akhir nanti hasilnya sesuai dengan target yang kita tetapkan.
Selain itu, dari sisi evaluasi, memang aspek – aspek penguatan fisik hendaknya menjadi perhatian utama. Berdasarkan pengamatannya, dari atlet yang gagal, maupun belum menunjukkan performa terbaiknya sehingga meraih perak dan perunggu, itu banyak dipengaruhi oleh kemampuan fisik.
”Maka ke depan, sebelum bertanding, harus kita pastikan bahwa atlet dalam kondisi prima. Sejak pelatda, atlet harus dipantau terus bagaimana progres fisiknya. Jangan sampai mereka berangkat sambil membawa beban cedera,” kata Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Jateng itu.
Dia menjelaskan, salah satu contoh cedera bawaan yang ditemui adalah hapkido. Di cabang ini, salah satu atlet putrinya sebenarnya sudah unggul poinnya, tapi ketika cedera kambuh dia terjatuh dan tak sanggup melanjutkan pertandingan saat laga kurang 38 detik.
”Nah ini yang perlu kita sikapi bersama. Selain kondisi teknis, soal fisik ini perlu mendapatkan perhatian,” katanya.
Kualitas Merata
Disinggung soal kemampuan sport intelligence atau intelijen olah raga Jateng, sehingga kurang bisa membaca progres provinsi lain yang merebut emas di PON? Menurut Agung, hasil di PON XXI sejauh ini memang memperlihatkan kualitas atlet di semua provinsi mulai merata.
”Semua sebenarnya sudah bisa dipantau melalui jalur-jalur, seperti Pelatnas. Menurut saya, ini indikasi bahwa kualitas atlet mulai merata. Tinggal bagaimana kita mengemas materi, mengatur strategi, dan memotivasi atlet supaya terpompa semangatnya menghadapi atlet yang sudah berpengalaman. Dan ini butuh keterlibatan psiko dan hipnoterapi. Tugasnya, misalnya, menghipnotis bagaimana atlet yang sebenarnya bisa mencapai level 8, didorong untuk mencapainya,” bebernya.
Dia menegaskan, adanya kejutan provinsi lain menunjukkan bahwa mereka itu tumbuh dan berkembang. Mereka juga selalu berupaya meningkatkan kualitas atlet. Itu cerminan bahwa persaingan lebih merata.
Agung mengatakan, pada babak kualifikasi PON, Jateng memang menampilkan performa bagus. Namun perform atlet memang belum bisa dipastikan setiap waktu. Bisa jadi di BK PON bagus, tapi pada event utamanya malah turun.
”Maka kesiapan stamina, mental, teknik, itu yang harus dijaga. Kita harus pastikan mereka nyaman dan siap bertanding,” pungkasnya. (Lind)