Puji Astuti sedang memaparkan materi bahasannya dalam acara Sosialisasi Pengawasan Partisipatif di Ungaran, Senin, 18 Novemver 2024. (Foto:Lind)
PersadaPos, Ungaran – Kampanye negatif itu bagus dan wajib. Dengan adanya kampanye negatif itu, membuat rakyat pemilih lebih mengetahui siapa calon yang tepat untuk dipilih sebagai pemimpin.
Hal tersebut ditegaskan Dra Puji Astuti, MSi dalam pemaparan materinya pada acara Sosialisasi Pengawasan Partisipatif yang diselenggarakan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Tengah di Balai Bahasa Jateng, Ungaran, Senin, 18 November 2024.
Menurutnya, pemilih perlu tahu siapa calon pemimpinnya secara menyeluruh. Bukan hanya yang baik-baik dan prestasinya saja, tetapi juga sisi negatif atau buruknya jika ada. Sehingga, ketika mencoblos di bilik suara si pemilih sadar dan paham akan segala konsekuensi dari pilihannya.
“Jadi, kampanye negatif itu wajib dan perlu digencarkan,” tegasnya.
Dosen Fisip Undip itu mengajak peserta yang terdiri dari mahasiswa dan media massa untuk tidak phobia dengan kampanye negatif.
“Yang tidak boleh dan dilarang itu kampanye hitam,” ujarnya.
Kampanye hitam,katanya, memang tidak baik dan harus dihindari. Sebab, kampanye hitam itu hanya mendiskreditkan seseorang calon, dan itu tentu pelanggaran yang layak dihukum.
Perbedaan kampanye negatif dengan kampanye hitam adalah, bahwa materi kampanye hitam itu menyudutkan dan merugikan calon tanpa data dan fakta. Calon itu dijelek-jelekkan, tanpa disertai bukti data dan faktanya.
Sedangkan kampanye negatif itu, sisi buruk calon dikupas, disampaikan ke masyarakat calon pemilih, semua berdasar data dan fakta yang sudah teruji kebenarannya.
“Jadi, ditelusuri dulu faktanya. Jika benar, barulah disampaikan ke publik,” katanya.
Ini perlu dilakukan agar pemilih tahu bahwa calon itu punya sisi buruk yang perlu dipertimbangkan.
“Jika kelak terpilih dan jadi pemimpin ada risiko kelakuan buruk itu terulang,” tegasnya. (Lind)