PersadaPos, Semarang – Festival Durian yang digelar di Sentra Durian Gunungpati, Kota Semarang, pada Jumat lalu, 23 Februari 2024, berlangsung cukup meriah.
Dikutip dari Berita Pemkot Semarang, tahun ini Festival Durian juga diserta arak-arakan dan grebek durian, yang menampilkan dua gunungan durian dan buah hasil alam Kecamatan Gunungpati, serta tumpeng dan buntelan ‘sego kethek’.
Tak cuma itu, arak-arakan semakin meriah dengan tampilnya marching band, dan pawai masyarakat berkostum adat.
”Alhamdulillah, seperti tahun sebelumnya. Festival Durian ini sudah rutin dilakukan di Kecamatan Gunungpati,” ujar Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu seusai membuka Festival Durian di Sentra Durian Gunungpati.
Ia mengakui, jika seharusnya Festival Durian berlangsung pada Januari, namun karena menjelang pesta demokrasi Pemilu 2024, sehingga pelaksanaannya mundur dan baru bisa dilaksanakan saat ini.
”Durian memang tidak sebanyak saat Januari, karena puncaknya panen durian itu kan Desember sampai Januari. Tapi Alhamdulillah di tengah terbatasnya durian ini, acara bisa terlaksana,” kata Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang.
Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Kepala Bidang Jaringan Pemasaran Usaha Mikro Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM, Bony Suganda.
Menurut Mbak Ita, kehadiran Kementerian Koperasi dan UMKM membawa angin segar bagi UMKM di Kota Semarang.
”Ini jadi angin segar juga bahwa Festival Durian tidak hanya dari standar lokal saja. Tapi juga bisa terdistribusi mata rantainya dengan daerah-daerah lain. Saya sudah minta ke Pak Bony agar dibuat semacam roadmap, durian ini bisa tidak hanya terbatas pemasaran lokal saja,” ujarnya.
Tak hanya itu, Mbak Ita juga ingin ada pelatihan-pelatihan agar ada inovasi menciptakan produk olahan durian yang lebih bervariasi.
”Tidak mungkin setiap hari orang bisa memakan durian. Tetapi jika durian diolah jadi makanan-makanan lain, tentu bisa jadi tambahan (keuntungan-red) bagi UMKM,” jelasnya.
Di luar negeri, lanjut Mbak Ita, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia durian ini kan bisa diolah jadi kue, pancake, hingga aneka makanan.
”Apalagi Kota Semarang kan sekarang sudah punya BLUD bantuan dari Kementerian Koperasi UMKM yang akan segera diresmikan.
Karena dari Dinas Koperasi mengatakan masih ada kekurangan pagar. Saya bilang supaya segera diselesaikan dan dipakai. Jangan sampai ada bantuan DAK Kementerian Koperasi tidak dimanfaatkan,” jelas dia.
Menggandeng BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berencana menjadikan Balai Pembibitan Pertanian dan Balai Benih Perikanan menjadi HAP.
”Peneliti-peneliti dari BRIN akan melakukan penelitian baik dari perikanan maupun pertanian,” kata Mbak Ita.
Mbak Ita menyebut, Dinas Pertanian Kota Semarang tengah mengembangkan Kebun Plalangan seluas 10 hektare sebagai sentra durian dengan menyiapkan berbagai macam varietas durian di sana.
”Insya-Allah tahun depan bisa berbuah. Diharapkan kebun pertanian Pelalangan bisa juga jadi PIR (Pertanian Inti Rakyat-red) jadi bisa Gunungpati plus Mijen jadi sentra durian,” imbuhnya
Diborong
Sementara itu Rodhi (52), salah satu di antara peserta Festival Durian 2024 khas Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang ketiban rezeki.
Durian yang dipamerkannya diborong Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Aksi petani durian asal Kelurahan Patemon, Kecamatan Gunungpati tersebut berhasil menarik perhatian perempuan yang akrab disapa Mbak Ita tersebut seusai membuka Festival Durian 2024 di Shelter Pos Cepoko, Kota Semarang.
Saat Mbak Ita hendak keliling melihat satu per satu durian yang dipamerkan, Rodhi memanggilnya dengan nada keras. ”Bu Ita, sini, Bu. Ini ada durian musang, enak, Bu,” teriak Rodhi melengking.
Sontak, orang nomor satu di Kota Semarang itu menghampiri tenda tempat Rodhi dengan ratusan duriannya. Mbak Ita tampak mendapat penjelasan terkait jenis-jenis durian yang jadi buruan pembeli.
Mulanya Rodhi bilang bahwa durian musang biasa dia jual per kilo Rp 135 ribu. ”Tetapi karena Ibu Ita ke sini, saya hitung satuan Rp 100 ribu saja,” kata Rodhi sambil membelah durian spesial untuk Mbak Ita.
Mbak Ita didampingi Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur bersama Camat Gunungpati, Sabar Trimulyono, terlihat menikmati durian musang tersebut.
Karena berdaging tebal dan rasanya yang manis ditambah sedikit pahit, Mbak Ita ingin membeli lebih.
Setidaknya ada belasan durian musang diborong Wali Kota Semarang perempuan pertama tersebut.
Mendengar Mbak Ita hendak memborong dagangannya, Rodhi terdiam, bahkan sempat keliru menghitung nominal yang harus dibayar Mbak Ita.
”Iya saya sempat gugup, tidak menyangka bakal diborong,” kata Rodhi.
Dia menyebut, aksi Mbak Ita memborong tersebut merupakan bukti kehadiran pemimpin di tengah masyarakat. Menurutnya, perhatian Mbak Ita terhadap petani durian sudah terlihat sejak lama.
Berkat perhatian yang serius tersebut, Rodhi menyebut para petani durian di Kota Semarang bisa memiliki kebun untuk edukasi wisata masyarakat.
Di kebun tersebut, katanya lagi, pengunjung dapat mengambil dan memilih durian masak pohon sesuai selera.
”Kami sudah punya kebun durian, insya-Allah bisa makan di sana yang kami tanam ada musangking, duri hitam, bawor, petruk, matahari, adila, podang mas, musang, insya-Allah tahun depan sudah buka,” ujarnya.
Festival Durian kali ini merupakan agenda tahunan yang digelar di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.
Setidaknya terdapat 40 petani durian memamerkan ragam buah berduri khas Gunungpati. Harga termurah Rp 20 ribu dan termahal mencapai Rp 600 ribu per buah.
Tahun ini, dalam festival mengusung kirab durian dan sejumlah buah yang tumbuh di Gunungpati. Kirab gunungan yang diarak mengitari lokasi festival menjadi rebutan masyarakat.
”Perebutan gunungan durian ini menarik masyarakat luas kalau mau cari durian ya di Gunungpati,” kata Camat Gunungpati, Sabar Trimulyono, yang menjelaskan kualitas durian di pameran tak perlu diragukan. (pras)