Suasana Pembukaan Sekolah Jurnalistik Angkatan XXI PWI Jateng -FH Unissula, Jumat, 6 Desember 2024. (Foto:Dok/PWI Jateng)
PersadaPos, Semarang – Sekolah Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Angkatan XXI tahun 2024 yang bekerja sama dengan Fakultas Hukum (FH) Unissula resmi dibuka oleh Dekan FH Unissula, Dr. H. Jawade Hafidz, S.H, MH yang diwakili Dr. Widayati, S.H, MH, Wakil Dekan 1 FH Unissula di Ruang 2A Lt.2 FH Unissula, Jumat, 6 Desember 2024.
Hadir dalam pembukaan Wakil Dekan II FH Unissula, Dr. Denny Suwondo, S.H., M.H, dan Sekretaris Prodi I S1 Ilmu Hukum FH Unissula, Dr. Ida Musofiana, S.H., M.H.
Kegiatan Sekolah Jurnalistik PWI Jateng-FH Unissula ini diikuti 49 peserta terdiri dari 30 peserta reguler yang dilaksanakan secara offline (tatap muka), dan 19 peserta eksekutif (karyawan) dilaksanakan daring.
Sementara untuk dosen pemberi materi diantaranya Setiawan Hendra Kelana (Sekretaris PWI Jateng), Widiyartono Radyan (Ketua Badan Uji Kompetensi Wartawan PWI Jateng), Budi Sutomo (Advokasi/Hukum PWI Jateng), dan Alkomari (Bidang Pendidikan PWI Jateng).
Ketua PWI Jawa Tengah, Amir Machmud N.S dalam sambutannya menyampaikan, bahwa sekolah jurnalistik merupakan faktor pembeda yang menjadi nilai tambah atau hal yang membedakan dengan alumni FH dengan perguruan lain.
“Faktor pembeda ini berupa sertifikat pendamping ijasah yang ditempuh melalui sebuah pendidikan singkat atau pengetahuan yang mungkin tidak ada kaitannya dengan fakultas hukum, tetapi bermanfaat bagi keseluruhan bidang apapun,” ujar Amir Machmud.
“Apakah kita akan menjadi orang yang bergelut dengan skill ilmu kita dari FH hukum, atau yang lain, kemampuan yang kita dapatkan dari upaya untuk mengekplorasi faktor pembeda tadi kita harapkan bisa memberikan nilai tambah bagi kita,” ungkapnya.
Amir Machmud menyebut, nilai tambah itu adalah pengetahuan bagaimana kita bisa menerapkan ilmu tentang dasar jurnalistik sebagai sebuah kemampuan yang menambah nilai. Penilain ilmu jurnalistik ini nanti akan berkisar pada hal-hal bagaimana kita mengungkapkan sesuatu melalui tulisan.
“Maka ada legal opini salah satu kurikulum yang sejak 5 tahun lalu kita terapkan sebagai salah satu upaya untuk mendekatkan kemampuan tulis menulis. Kemampuan jurnalistik ini dengan apa yang kita dapatkan dari disiplin ilmu hukum yang kita timba selama kita kuliah,” jelasnya.
Hal-hal lain yang pasti akan ada nilai tambahnya, lanjut Amir Machmud, ketika kita mengusasi kemampuan menulis sebagai bekal untuk kiprah kita di bidang yang lain. “Pasti bukan hanya skripsi, bukan hanya bagaimana kita bisa menyempurnakan bentuk bentuk tulisan kita saat kita menulis disertasi, tetapi dalam bidang pekerjaan-pekerjaan yang akan kita geluti dalam hal apapun, pasti kemampuan menulis ini akan ada manfaatnya,” tuturnya.
“Kami akan selalu merasa bangga setiap alumni atau ketika mahasiswa sudah mulai mencoba mempublikasikan tulisannya di media masa. Bisa di media cetak, online maupun lainnya. Ini sangat menolong kita dalam menambah kemampuan mengungkapkan atau mengekpresikan segala sesuatu yang terkait dengan gagasan, ide atau hal-hal yang ada kaitannya dengan ilmu hukum,” terangnya.
Amir Machmud berharap 49 mahasiswa Angkatan XXI yang mengikuti sekolah jurnalistik selama dua hari mampu memberikan penguatan tentang nilai tambah dari faktor pembeda yang kita orientasikan bersama.
“Semoga kerja sama ini akan terus berlanjut dan menemukan bentuk yang makin baik dari angkatan ke angkatan. Insyaallah kami akan terus berusaha membuat pendidikan ini menjadi nilai tambah, dan bermanfaat bagi semua peserta,” imbuhnya.
Wakil Dekan 1 FH Unissula Dr. Widayati, S.H, MH, saat membuka Sekolah Jurnalistik Angkatan XXI menyampaikan, Sekolah Jurnalistik PWI Jateng yang bekerja sama dengan Unissula ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2012.
Dirinya berharap pendidikan jurnalistik seperti ini tidak diberikan pada saat mahasiswa menjelang wisuda, namun diberikan pada semester-semester awal ketika mahasiswa mulai masuk kuliah.
Dikatakan, pendidikan jurnalistik sangat bermanfaat untuk mahasiswa hukum karena berkaitan dengan penulisan. “Jika kita sudah terbiasa menulis, ketika kita ada tugas kuliah sangat membantu mahasiswa dalam membuat tugas,” ujarnya.
Mengapa FH Unissila harus ada pendidikan jurnalistik?
Dr. Widayati menyebut, menulis sangat penting untuk mahasiswa hukum. “Seorang mahasiswa harus menulis, begitupun saat mahasiswa sudah lulus dan berkecimpung di dunia kerja juga akan menulis. Menjadi advokat menulis, menjadi notaris menulis, jadi kita menulis terus. Kalau sudah terlatih semuanya akan lancar, dan pekerjaan kita akan baik dan berkualitas,” ungkapnya.
Terkait dengan penyelenggaraan sekolah jurnalistik ini, salah satunya adalah untuk membantu mahasiswa. Menurutnya, saat mahasiswa lulus tidak hanya menerima ijasah, tapi dalam regulasinya ada surat keterangan pendamping ijasah. “Fakultas bekerja sama dengan PWI Jawa Tengah membantu mahasiswa untuk mendapatkan surat keterangan pendamping ijasah,” tuturnya.
“Perguruan Tinggi wajib memberikan sertifikat kepada lulusannya. Ini menjadi pembeda antara FH Unissula dengan perguruan tinggi lainnya. Kami berharap kepada seluruh peserta sekolah jurnalistik baik yang hadir secara luring maupun daring bisa mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh,” kata Dr. Widayati.
Menurut Dr. Widayati, latihan penulisan sebaiknya dimulai dari awal, supaya dalam menulis skripsi lebih gampang. Karena sering ditemukan di beberapa berita terdapat skripsi yang plagiasi atau dibuatkan orang lain, yang seharusnya tidak terjadi ketika dari awal sudah latihan menulis.
“Karena jika sudah terbiasa menulis, saat ada kejadian atau peristiwa terkait hukum bisa kita kirim ke media cetak, maupun media online,” tandasnya.
Pada kesempatan ini Dr. Widayati menyampaikan ucapan terima kasih kepada PWI Jateng atas kerjasamanya, dan ilmu yang diberikan kepada peserta sekolah jurnalis. “Semoga apa yang disampaikan oleh para dosen pemberi materi dicatat sebagai amal sholeh dan ibadah, serta bermanfaat untuk peserta sekolah jurnalistik,” pungkasnya. (Lind)