Sumarno, saat Launching dan Penyerahan Secara Simbolis Bantuan Pangan Kegiatan Intervensi Pengendalian Pangan Tahun 2024 di Pendopo Wijayakusuma, Cilacap, Rabu 12 Juni 2024. (Foto:Dok)
PersadaPos, Cilacap – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah, Sumarno menilai, untuk mewujudkan ketahanan pangan di wilayahnya butuh keterlibatan anak-anak muda. Apalagi, pembangunan Jateng diarahkan menjadi penumpu pangan dan industri nasional.
“Mudah-mudahan ke depan kita bisa menjaga anak-anak muda kita tetap tertarik di dunia pertanian,” kata Sumarno, saat Launching dan Penyerahan Secara Simbolis Bantuan Pangan Kegiatan Intervensi Pengendalian Pangan Tahun 2024 di Pendopo Wijayakusuma, Cilacap, Rabu 12 Juni 2024.
Ia mengaku, Pemprov Jateng terus berupaya menjaga agar anak-anak muda tetap tertarik pada dunia pertanian. Selain itu, pengembangan sumberdaya manusia di bidang pertanian juga diharapkan lebih mumpuni.
Ketertarikan anak-anak muda di Jateng untuk bertani bukanlah isapan jempol belaka. Hal itu ditunjukkan dengan asa para pemuda di Desa Gintungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.
Dengan membentuk organisasi Tarana Tani di desa tersebut, para pemudanya berkontribusi dalam sektor pertanian organik.
Ketua Taruna Tani Desa Gintungan, Kholiq Rabbani mengatakan, komunitas ini lahir dari keprihatinan tokoh-tokoh petani setempat, yang melihat semakin berkurangnya minat bertani di kalangan generasi muda. Di sisi lain, mayoritas petani sudah berusia lanjut.
“Kami ingin teman-teman petani muda tidak merasa gengsi untuk bertani. Di sini, mereka mendapat bimbingan dan dukungan,” ujarnya.
Taruna Tani memiliki empat program utama, yakni produksi pupuk organik, penjualan beras organik, ternak, dan wisata edukasi pertanian.
Kholiq membeberkan, dalam dua tahun terakhir, program ini telah berhasil memberikan dampak positif bagi masyarakat desa. Salah satu program andalannya adalah produksi pupuk organik dari kotoran sapi, mengingat Desa Gintungan memiliki hampir 800 ekor sapi. Peternak yang tidak memiliki lahan pertanian, sangat terbantu bisa memasok limbahnya ke Taruna Tani.
“Kami mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik yang siap tabur untuk tanaman. Program ini didukung oleh dana ketahanan pangan dari pemerintah desa sebesar 20%, yang juga dinikmati oleh petani lainnya di desa,” jelas Kholiq.
Pupuk yang diproduksi, dijual kepada petani hanya Rp17 ribu per kemasan 30 kg. Padahal harga umumnya adalah Rp30 ribu. Petani bisa mendapatkan harga murah, karena mendapat subsidi dari dana desa sebesar 43%.
Pada program tersebut, Taruna Tani mampu memproduksi sekitar 45 ton per tiga bulan, yang siap memenuhi kebutuhan petani di Desa Gintungan.
“Subsidi itu, sifatnya untuk seluruh masyarakat Gintungan. Walaupun di luar kelompok, kalaupun ingin membeli pupuk organik dari Taruna Tani, itu hanya menunjukkan fotokopi KTP ataupun identitas. Jadi, asalkan warga Desa Gintungan bisa menikmati subsidi 43%,” paparnya.
Penggunaan pupuk organik sudah dirasakan manfaatnya oleh petani. Tanahnya menjadi subur dan lebih tahan hama.
Ketua Kelompok Tani Mulya Tani 1 Desa Gintungan, Hasim Ashari menambahkan, prospek pertanian organik sangat menjanjikan di masa mendatang. Sebab, proses produksinya lebih efisien, karena menggunakan limbah ternak. Sementara, hasil produksi pertaniannya juga mampu terjual dengan harga yang terbilang tinggi.
Hasim mengatakan, proses produksi pertanian organik dari hulu hingga hilir membutuhkan banyak tenaga kerja. Sehingga, menghidupkan pemberdayaan masyarakat Desa Gintungan. (Lind)