Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS dan Dekan FH Unissula Dr Jawade Hafidz SH MH
PersadaPos, Semarang – PWI Jawa Tengah bekerja sama dengan Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (FH Unissula) Semarang menyelenggarakan Sekolah Jurnalistik angkatan XIX secara daring, pada Sabtu 8 Juni 2024.
Acara pembukaan dipandu Sekretaris Prodi S1 Ilmu Hukum Unissula Dr Ida Musofiana SH MH itu diikuti sebanyak 67 mahasiswa FH Unissula. Meskipun pelaksanan Sekolah Jurnalistik digelar secara virtual, namun tidak mengurangi peserta untuk bersemangat menyimak pelajaran dari narasumber hingga tuntas.
Kegiatan rutin untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam menulis ini, dibuka oleh Dekan FH Unissula Dr Jawade Hafidz SH MH. Hadir dalam kesempatan daring ini, Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS, Wakil Dekan I FH Unissula Dr Widayati SH MH, Wakil Dekan II Dr Arpangi SH MH, Kaprodi S1 FH Dr Muhammad Ngazis SH MH, Sekretaris Prodi Dini Amalia SH MH, serta pemateri yaitu Sri Mulyadi, Alkomari, Widiyartono R, dan Budi Sutomo.
Amir Machmud dalam sambutan pembukaan menyampaikan apresiasinya kepada FH Unissula, yang sejak 2016 hingga 2024 secara konsisten menggelar sekolah jurnalistik yang telah memasuki angkatan XIX dengan peserta 67.
”Satu hal yang menonjol dalam kegiatan ini adalah konsistensi kita, keistikamahan kita. Konsistensi adalah sesuatu yang mudah kita ucapkan, tapi sulit kita wujudkan. Tapi kerja sama yang konsistensi berkelanjutan dalam sekolah jurnalistik, membuat kami mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Fakultas Hukum Unissula,” kata Amir.
Yang kedua, kata Amir, agenda sekolah jurnalistik yang diakhiri pemberian sertifikat kepada peserta terkesan acara rutin. Namun akan berbeda jika kegiatan ini dimaknai dalam perspektif kebutuhan.
Menurutnya, hasil dari sekolah jurnalistik ini adalah mendorong agar mahasiswa FH Unissula memiliki standar kemampuan dalam mendokumentasikan lewat tulisan ilmiah populer, baik itu hasil penelitian, respons terhadap keadaan sosial politik di sekitar, menggali referensi-referensi, atau menemukan best practice (pengalaman terbaik).
”Setidaknya ini memberi bekal dasar kepada mahasiswa, untuk memperkuat yang sudah baik menjadi lebih baik, yang belum tahu seluk-beluk penulisan ilmiah populer bisa mendapatkan pematangan lewat pelatihan ini,” ujar dosen dan penulis buku ilmu jurnalistik itu.
Satu hal yang membanggakan, tambah dia, sejumlah provinsi tergerak untuk menyelenggarakan sekolah model seperti ini. Namun, sejauh ini hanya PWI Jateng dan FH Unissula yang secara istikamah dan berkelanjutan menggelar pelatihan ini.
Kompetensi dan Kepedulian
Di bagian lain, Dekan FH Unissula, Jawade Hafidz saat membuka sekolah ini menjelaskan, konsistensi mencapai tujuan yang baik guna mencapai prestasi, adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Tanpa konsistensi, prestasi tak bisa dicapai. Konsistensi lewat sekolah jurnalistik, tandasnya, akan melahirkan kepercayaan diri dan kompetensi bagi mahasiswa.
Dijelaskannya, sekolah jurnalistik yang digagas PWI Jateng dan Fakultas Hukum Unissula adalah bagian dari akademik dan masuk kurikulum. Hanya saja, diadakan setelah mahasiswa menyelesaikan seluruh studi tahap akhirnya.
”Harapannya mereka punya keahlian sesuai amanat UU Sistem Pendidikan Nasional bahwa lulusan S1 harus punya kompetensi. Orientasi kami adalah mahasiswa memperoleh skill khusus di bidang jurnalistik. Upaya ini juga menyadarkan mereka punya kepedulian terhadap lingkungan sosial,” bebernya.
Sementara itu, saat memberikan materi, Ketua Dewan Kehormatan Provinsi PWI Jateng Sri Mulyadi yang mengampu pelajaran ”Hukum Pers dan Kode Etik Jurnalistik” mengajak peserta untuk menjelajahi seluk beluk perusahan pers dan rambu-rambu bagaimana wartawan dalam bekerja.
Dengan gaya berbicara yang runtut, Mbah Mul–sapaan akrabnya–menceritakan kondisi media mainstream (arus utama), baik cetak, televisi, radio, dan daring/online.
Sesekali wartawan senior yang telah mendapatkan Press Card Number One dari PWI Pusat itu mengupas contoh-contoh tentang Hak Tolak, Hak Jawab, dan Hak Koreksi yang diatur dalam UU Pers No 40 Tahun 1999.
Pada pemateri kedua, Bidang Pendidikan PWI Jateng Alkomari menyajikan materi Konvergensi Media Massa. Konvergensi tidak bisa dilepaskan dengan perkembangan teknologi hingga pada era digitalisasi informasi.
Dia mengatakan, mengacu The Canadian Encyclopedia, istilah Konvergensi Media merujuk pada penggabungan teknologi serta platform media yang sebelumnya berbeda menjadi satu, lewat digitalisasi serta jaringan komputer.
Selain itu, strategi bisnis dimana perusahaan komunikasi menggabungkan atau mengintegrasikan kepemilikannya atas properti media yang berbeda. Dikenal juga dengan istilah konsolidasi media, konsentrasi media, atau konvergensi ekonomi. ”Konvergensi media menyebabkan media tradisional melakukan perubahan,” tandasnya.
Menurutnya, platform media digital semakin menjadi konsentrasi media-media mainstream dalam menghadapi persaingan media seperti sekarang ini. “Meski beberapa media masih mempertahankan edisi cetak, namun konsentrasinya banyak yang bergeser ke plaftrom digital. Sehingga ada integrasi beberapa plaftform media di era digitalisasi,” terangnya.
Selain itu peserta juga mendapatkan materi ”Teknik Penulisan dan Praktik Menulis Artikel Ilmiah Populer” oleh Widiyartono R. Sekolah Jurnalistik kemudian diakhiri dengan materi tentang “Teknik dan Praktik Menulis Pendapat Hukum (Legal Opinian)” oleh Budi Sutomo.
Peserta mendapatkan tugas untuk praktik menulis artikel ilmiah popular dan menulis legal opinion yang diberikan pemateri dalam sekolah jurnalistik ini. (Lind)