PersadaPos, Semarang – Suasana kekeluargaan terpancar dalam acara halalbihalal yang digelar PWI Provinsi Jawa Tengah di Gedung Pers Jateng, Semarang, Selasa 30 April 2024. Apalagi, ketika materi tausiyah Dosen UIN Walisongo Semarang Drs KH Fachrur Rozi MAg itu banyak menyentil realitas keseharian, hadirin pun tergelak.
Ya, halalbihalal PWI Jateng yang mengusung tema ”Silaturahmi, Kolaborasi Rasa dan Hati” itu menghadirkan kiai lucu yang kondang dengan joke-joke segarnya tersebut. Tamu undangan yang mayoritas mitra kerja PWI dibuat tertawa dan tersenyum simpul atas tausiyahnya yang memotret kebiasaan di sekitar kita.
Menurut Fachrur Rozi, halalbihalal perlu, karena hubungan antarmanusia itu sebenarnya lebih rumit, ketimbang manusia dengan Tuhannya. Penyebabnya, manusia itu beragam. Salah satunya perbedaan jenis kelamin.
”Laki-laki sama perempuan itu bedanya luar biasa. Makanya, maaf, pas 1 Syawal kemarin beredar di grup-grup WA, sesaat lagi akan ada ras terkuat di muka bumi ini akan sungkem di hadapan suaminya sambil nangis-nangis. Tapi tunggu 10 menit kemudian, dia akan kembali pada setelan pabrik. Akan balik lagi,” ujar Kiai Rozi yang disambut ger-geran hadirin.
Pada kesempatan itu, Kiai Rozi mengajak keluarga besar PWI untuk mencermati empat hal dalam halalbihalal itu. Pertama, meskipun beda posisi tetapi tetap satu visi, beda barisan tetap satu tujuan, keberagaman tidak untuk saling menjatuhkan, namun membangun kebersamaan.
Kedua, halbihalal itu perlu karena ibadah dengan Tuhan bisa diganti dengan hubungan sosial, tetapi hubungan sosial bermasalah tidak bisa diganti dengan ibadah kepada Allah.
”Puasa karena sakit bisa diganti membayar fidyah, tapi salah memberitakan orang tidak bisa diganti dengan tahajud. Utang bank tak bisa diganti dengan wiridan,” ujarnya.
Ketiga, lanjut dia, halalbihalal itu sarankan karena bertumpuk dosa kepada Tuhan bisa diganti dengan satu kebaikan, namun bertumpuk-tumpuk kebaikan kepada manusia kadang terhapus oleh satu kesalahan.
”Kita bekerja dari nol bertahun-tahun, tetapi sekali terpeleset, semua orang akan menghakimi seolah-olah kita tak punya kebaikan sama sekali. Jangankan yang berat-berat, di rumah saja kadang begitu. Keponakan bertahun-tahun dibagi angpau Lebaran, begitu tahun ini tidak membagi, keponakan kompak bilang ‘om sekarang pelit’,” kisah Kia Rozi yang bikin hadirin terpingkal.
Keempat, halalbihalal dianjurkan karena taubat kepada Allah, maka semua bisa dimulai dari nol. Tapi beda dengan manusia, meskipun sudah minta maaf sampai di atas materai pun, track record-nya berpotensi diumbar lagi.
”Makanya kita harus berhati-hati dalam menjaga hubungan sosial,” harapnya.
Jalin Kolaborasi
Acara halalbihalal makin lengkap dan berwarna ketika sejumlah mitra kerja dan kolega PWI Jateng hadir dalam kesempatan itu. Diantaranya Ketua Komisi A DPRD Jateng Mohammad Saleh, Wakil Ketua Baznas Jateng Dr H Rozihan SH MAg, anggota Pembina Yayasan Alumni Undip Ir Soeharsojo IPU, Rektor USM Dr Supari ST MT, Rektor Unwahas Prof Dr H Mudzakkir Ali MA, Ketua KPID Jateng Muhammad Aulia Assyahiddin, dan Ketua Komisi Informasi Jateng Indra Ashoka Mahendrayana.
Selanjutnya, External Communication Officer SIG Ahmad Parno Saverillah, Senior Manager of Communication & CSR PT Semen Gresik Sulistyono, dan Manager Komunikasi dan TJSL PLN Unit Induk Distribusi Jateng dan DIY Prayudha Fasya Perdana, sejumlah pimpinan media, serta pengurus Dewan Kehormatan Provinsi PWI Jateng, pengurus PWI, dan IKWI.
Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS dalam sambutannya mengatakan, halalbihalal mengambil tema silaturahmi, kolaborasi rasa dan hati untuk menegaskan bagaimana PWI ingin mengajak keluarga besarnya menjalin kolaborasi dengan mitra kerja, tidak hanya bersifat profesional juga personal.
”Rasa cintalah dan hati yang tulus, yang akhirnya mempertemukan kita di sini. Tanpa kolaborasi yang kuat, bagaimana media bisa memberikan informasi, edukasi, hiburan, dan kontrol sosial,” katanya.
Sedangkan Kepala Bidang Statistik Diskominfo Jateng Hita Yoga Pratyaksa yang mewakili Pj Gubernur Jateng dan menutup acara halalbihalal menyampaikan, bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna. Maka momentum halalbihalal dijadikan sarana untuk saling menjaga ukhuwah dan mempererat tali persaudaraan antarsesama. (Lind)