PersadaPos, Jepara – Lonjakan penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) di Kabupaten Jepara yang cukup tinggi, membuat daerah itu saat ini dinyatakan dalam status tanggap darurat.
Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Jepara, Eko Cahyo Puspeno menjelaskan, bahwa status tanggap darurat telah ditetapkan sejak Selasa lalu, 27 Februari 2024.
”Namun, karena Pj Bupati Jepara sedang berada di luar kota, penandatanganan surat tersebut dilakukan pada Rabu, 28 Februari 2024,” kata Eko kepada wartawan pada Kamis, 29 Februari 2024.
Menurut dia, kini jumlah kasus DBD dari hari ke hari terus meningkat di Jepara, diperparah dengan banyaknya pasien yang meninggal dunia.
Ia mengatakan, sepanjang dua bulan ini, sudah ada 12 orang yang meninggal dunia akibat DBD.
Bahkan, katanya lagi, jumlah keterisian kamar di rumah sakit milik Pemkab Jepara nyaris penuh, demikian pula kamar rawat inap di seluruh Puskesmas di Jepara juga sudah penuh.
”Kasusnya semakin meningkat. Ditambah tingkat kematiannya juga tinggi. Ini menjadi tugas kita bersama,” jelas Eko.
Sementara itu Pj Bupati Jepara, Edy Supriyanta, merasa prihatin dengan tingginya penderita DBD di wilayahnya.
Ia mengatakan, bahwa penyebaran DBD di Jepara terjadi sejak awal Januari lalu, bahkan hingga akhir Februari ini makin meluas.
Menurut Edy Supriyanta, terhitung sejak awal Januari 2024 hingga Februari 2024, penderita DBD di Jepara mencapai 553 pasien.
Dikatakan, sebanyak 70 pasien masuk kategori bahaya, karena mengalami dengue syok syndrome usai terjadi komplikasi infeksi DBD yang memiliki risiko kematian tinggi.
”Dari 553 penderita DBD itu, sebanyak 12 pasien dinyatakan meninggal dunia. Sebagian besar dari pasien meninggal dunia merupakan kalangan usia anak-anak, akibat imunitas tubuh yang lemah,” ungkap Pj Bupati Jepara.
Seperti diketahui, RSUD Raden Ajeng Kartini Jepara hingga kini pun sudah mengalami lonjakan pasien penderita DBD, yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Peningkatan jumlah pasien DBD yang harus dirawat inap di RSUD ini, memaksa sebagian pasien harus menjalani perawatan sementara di ruang IGD, karena ruang perawatan penuh.
Dari data RSUD Raden Ajeng Kartini, jumlah pasien DBD yang telah menjalani perawatan mencapai 100 orang.
Untuk pasien yang masih berada di ruang IGD sebanyak 10 orang, sedangkan mayoritas penderita DBD merupakan kalangan usia anak-anak. (pras)